Nasihat kecil untuk kita :)
AKAN DATANG SUATU ZAMAN, ORANG YANG BERPEGANG TEGUH DIATAS AGAMANYA, IBARAT MEMEGANG BARA API
Ana tulis untuk saudaraku yang sedang memperjuangkan Al haq, semoga
Allah menjagamu dan tetap tegar diatas sunah walau dalam keadaan
sendirian.
Allah subhanallahuwata’ala Maha menyaksikan segala
sesuatu, Maha menjaga dan maha mengawasi segala sesuatu. Apa saja yang
kitalakukan. Allah melihatnya. Maka setiap mukmin wajib menghadirkan
masalah ini, yakni muraqobatullah, sikab merasa diawasi oleh Allah.
Bahwa Allah maha melihat segala sesuatu dan Maha mendengar. Allah maha
meliputisegala sesuatu, Maha mengetahui segala pandangan mata yang
khianat serta apa yang tersembunyi dariNya.
Barang siapa diberi
taufiq oleh Allah serta dianugerahi keadaan baik seperti ini, maka
sesungguhnya perkara tersebut merupakan salah satu diantara randa tanda
ketegaran serta keistiqomahannya InsyaAllah.
Ya, itu merupakan
tanda tanda serta kabar gembira, bahwa seorang mukmin tadi berada diatas
ketegaran dan keistiqamahan, InsyaAllah. Akan tetapi hendaknya jangan
sampai ia menjadi penat atau merasa bosan untuk senantiasa bersandar,
berserah diri dan memohon kepada Allah. Bagaimana tidak? Padahal
Rasulullah Shallalahui’alaihi wasalam, selalu memohon dan memperbanyak
doa ini.
يا مقلب القلوب ثبت قلو بنا على دينك
“wahai zat yang membolak balikkan hati, kokohkanlah hati hati kami diatas agamamu”.
Bagaimana mingkin kita merasa aman jikalau seorang tiba tiba menyimpang
kemudian menjadi sesat hatinya?? Demi Allah, tidak ada yang merasa
dirinya aman dari hal tersebut kecuali seorang munafiq. Dan tidak yang
merasa khawatir akan tertimpa hal tersebut, kecuali dia benar benar
seorang mu’min.
Maka sudah seharusnya kita takut kepada allah.
Akan tetapi sikap takut ini hendaknya pula tidak boleh berlebihan
hingga melampaui batas. hendaknya khauf (rasa takut)nya sebanding
dengan raja’(rasa harab)nya. Hingga apabila maut(kematian) hendak
menjemput, maka barulah sejak saat itu seorang mukmin hendaknya
memparbesar raja’(rasa harap)nya , dan ia berperasangka baik(husnudzan)
kepada Allah.
Allah berfirman :
ولا تركنوا الى الذين ظلموا فتمسكم النار ومالكم من دون الله من اولياء ثم لا تنصرون هود : 113
“Dan janganlah kalian cenderung kepada orang orang dhalim yang
menyebabkan kaliam disentuh api neraka, dan sekali kali kalian tidak
mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kalian
tidak akan diberi pertolongan”.
(yaitu) kecenderungan orang
orang dhalim, yang biasa menganiyaya manusia, baik itu urusan darah,
harta dan kehormatan, ataupun dalam urusan agama mereka melalui berbagai
kebid’ahan, kesesatan serta menyebarluaskan propaganda propaganda dan
semisalnya yang berbahaya melawan ajaran Islam. Maka janganlah kalian
condong kepada salah satu dari orang orang seperti ini. Jangan engkau
tolong diatas kebathilannya, dan jangan pula kau bantu mereka.
Ayat diatas mencakup segala macam perkara tersebut, dikarenakan setiap
pelaku kebid’ahan adalah juga seorang yang dhalim. Setiap tokoh ahli
bid’ah (mubtadi’) adalah seorang yang dhalim. Demikian orang orang yang
melanggar kehormatan kaum muslimin, maka ia juga tergolong sebagai
orang yang dholim.
Oleh sebab itu janganlah engkau cenderung
kepada salah seorang dari mereka, sehingga engkau dapat terjilat api
neraka. Karena setiap kali engkau cenderung kepada orang fasiq atau
kepada seorang ahli bid’ah yang sesat ataupun kepada seorang dholim lagi
pendosa yang biasa melanggar batas batas kehormatan kaum muslimin dan
kehormatan syari’at, berarti engkau telah ridho (rela dan setuju)
terhadapnya, dan bahkan seolah olah engkau turut membantu serta
menguatkannya.
Pada dari itu hendaknya seorang mukmin berhati
hati dan waspada agar tidak terjatuh pada sikap condong yang
membinasakan semacam tadi.
Allah berfirman :
ولولا ان ثبتنك لقد كدت تركن اليهم شيئا قليلا (74) اذا لاءذقنك ضعف الحيوة وضعف الممات ثم لا تجد لك علينا نصيرا :
“Dan kalau Kami tidak memperkuat hatimu, niscaya engkau hampir hampir
codongsedikit saja kepada mereka. Kalau terjadi demikian, maka benar
benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda didunia ini
dan bergitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan engkau
tidak akan mendapati seorang penolongpun terhadap kami.” Al isra’ 74-75
Allah menyatakan (dalam ayat diatas) kepada rasulnya shallaahu’alaihi wasalam (tentang kecondongan).”…..sediki saja…..”
Oleh karena itu seorang mu’min, haruslah berhati hati dan waspada dari
kecondongan seperti ini. Bisa jadi hal tersebut bisa menjadi salah satu
penyebab yang dapat menghantarkannya kepada penyimpangan dan kesesatan –
kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut.
Allah berfirman :
فلما زاغوا ازاغ الله قلوبهم, والله لا يهدى القوم الفسقون (الصف 5)
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) Allahpun memalingkan
hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq.”
Dari sahabat Hudzaifah radhiallah’anhu, bahwa beliau pernah
menceritakan : Suatu ketika kami berada disisi Umar radhiallahu’anhu,
kemudian berkata :
“Siapa diantara kalian yang pernah mendengar Rasulullah shalallahualaihi wasalam menyebutkan tentang perkara perkara fitnah?”
Maka serempak kami menjawab :
“Kami pernah mendengarnya”.
Kemudian beliau berkata lagi :
“Mungkin yang kalian maksud ialah tentang fitnah seseorang karena keluarga dan tetangganya?”
Mereka menjawab :
“ya”
Beliau berkata :
“adapun itu, maka dapat dihapus dengan ibadah shalat, puasa dan
sedekah. Akan tetapi (yangkumaksud) , siapa diantara kalian yang pernah
mendengar nabi shallallahu’alaihi wasalam menyebutkan tentang suatu
fitnah yang datang layaknya ombak lautan?
Berkata Hudzaifah radhiallaahu’anhu
Maka terdiamlah mereka akupun berkata :
“aku (pernah mendengarnya)”
Kemudian’ umar radhiallaahu’anhu mengatakan :
“ya engkau, ayahmu milik Allah (alangkah hebatnya engkau)!”
Berkata hudzaifah radhiallahu’anhu :
Aku pernah mendengar Rasulullah shalallaahu’alaihi wasalam bersabda :
تعرض الفتن على القلوب كالحصير عودا عودافاي قلب اشربها نكت فيه نكته
سوداء واي قلب انكرها نكت فيه نكتهة بيضاء حتى تصير على قلبين على ابيض مثل
الصفا فلا تضره فتنة ما دامت السماوات والارض والاخر اسود مربادا كالكوز
مجخيا لايعرف معروفا ولا ينكر منكرا الا ما اشرب من هواه
“Akan
terbentang berbagai fitnah yang menimpa hati hati (manusia) layaknya
tikar, berulang dan (semakin) berulang. Maka hati manapun yang
menyerapnya, niscaya akan tertoreh padanya setitik bercak noda putih.
Sehingga jadilah dua macam hati : Hati yang putih bersih layaknya batu
keras yang halus mulus. Tidak akan membahayakannya suatu fitnahpun
selama masih ada langit dan bumi. Adapun hati yang lainnya, hitam kelam,
layaknya cangkir yang terjungkir. Ia tidak mengenali yang ma’ruf. Tdak
pula mengingkari yang mungkar, melainkan hanya apa yang diserap dari
hawa nafsunya”. Diriwayatkan oleh muslim rahimahullah dalam kitab
shahihnya juga yang yg selain beliau.”
Hati yang putih bersih layaknya batu keras yang halus,” yakni dengan sebab pengokohan dari Allah.
Allah mengokohkan orang tersebut, karena penolakannya terhadap
kebatilan, syahwat serta subhat. Fitnah itu dapat berupa perkara
duniawiyah, seperti fitnah sahwat yang dapat mencelakakanmu. Dan dapat
pula berupa syubhat, bid’ah bid’ah, berbagai kesesatan dan yang
semisalnya, sehingga dapat menghantarkan pelakunya pada apa yang telah
didalam hadits: “Adapun hati yang lainnya hitam kelam layaknya “ cangkir
yang terjungkir”. Ia tidak mengenali yang ma’ruf. Tidak pula
mengingkari yang mungkar,….”
Ini semua bermula dari sikap
condong terhadap pelaku kebathilan atau bahkan membantunya. Dimulai dari
setitik noda hitam, kemudian semakin melebar. Setiap kali ada
kecenderungan terhadap kebathilan, berjalan bersama pelaku kebathilan
serta orang orang yang menyesatkan, maka jadilah berbalik hatinya- kita
berlindung kepada Allah dari hal tersebut.-
Keadaannya
sebagaimana cangkir dibalikkan kebawah (tertelungkup), maka seberapapun
banyaknya air didunia ini dituangkan kepadanya, maka tetaplah air itu
tidak akan masuk kedalam cangkir tersebut, walau hanya setetes!!
Demikianlah jadilah keadaan hatinya. Engkau bacakan al qur’an, hadits,
sekian petuah dan nasehat kepadanya, maka tetap saja ia tidak mau
menerimanya, sedikitpun. Engkau bacakan padanya ayat ayat, berbagai
dalil dan penjelasan, akan tetapi ia tetap tidak menyambutnya. Kenapa ??
karena hatinya telah tertelungkup akibat sikap penolakannya (apatis)
yang mendasar lagi mendarah daging, sehingga sampailah hatinya pada
keadaan yang hitam kelam lagi mati – kita berlindung kepada Allah dari
hal tersebut - Jadilah keadaannya :”…. Tidak mengenali yang ma’ruf,
tidak pula mengingkari yang mungkar, melainkan hanya menerima apa saja
yang diserap dari hawa nafsunya.”
Ini akibat dari penyimpangan
dan sikap penentangan yang wajib mesti diwaspadai oleh setiap muslim.
Disamping itu, hendaknya ia selalu memohon kepada Allah setiap waktu
agar dikokohkan hatinya diata agama yang haq.
Disana terdapat
semakin banyak contoh tentang sikap tegar diatas al haq.Dan contoh yang
paling mengagumkan adalah sikap tegarnya para nabi beserta para shahabat
nabi tersebut yang mengikuti petunjuk mereka (shallallahu’alaihi
wasalam). Adapun sebaik baik shahabat adalah para shahabat nabi Muhammad
shallaahu’alaihi wasalam.
Setiap orang mendampingi para nabi,
maka ia memiliki keutamaan dibanding orang orang yang muncul setelahnya
dari kalangan umat nabi tersebut. Dan para sahabat nabi Muhammad
shallallaahu’alaihi wasalam, merupan golongan terbaik dari umat ini dan
lebih utama daripada semua orang yang datang setelah mereka.
Seandainya salah seorang diantara kita menginfakkan emas sebesar gunung
uhud sekalipun, niscaya tidaklah jumlah tersebut dapat menyamai sebesar
satu mud (sepasang genggaman tangan)pun dari infaq para shahabat, bahkan
tidak pula separuhnya. Mereka memiliki kekutaan yang lebih karena sebab
terdahulunya mereka (dari yang lain). Allah telah berfirman :
كنتم خير امة اخرجت للناس تاءمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله
“kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru
kepada yang ma’ruf, dan mencegag ma’ruf, dan mencegaah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah.” Ali imran 110
Maka sahabat
shallallaahu’alaihi wasalam merupakan sebaik baik manusia setelah para
nabi.Terlebih lagi adalah golongan shahabat (assabiqunal awwalun)
generasi yang terdahulu yang lebih awal dalam memeluk Islam, dari
kalangan Muhajirin dan anshar. Mereka telah memberi contoh contoh yang
sangat menakjubkan dalam ketegeran.
Dikota Mekkah contohnya,
bagaimana mereka disiksa, diusir, dianiaya, bahkan sebagiannya dibunuh,
sebagaimana yang terjadi pada Abu Ammar (yasir), beserta ibunya Sumayyah
adhiallaahu’anhu. Mereka berdua terbunuh dalam keadaan tetap bersabar
diatas penyiksaan dan tetap tegar hingga ajal menjemput.
Demikian pula Bilal radhiallaahu’anhu, dibawa ketanah lapang kota Makkah
dalam keadaan cuaca panas terik. Setelah itu beliau ditindih dengan
batu besar yang panas menyengat diatas dadanya. Sementara itu orang
orang terus memukuli dan menyakitinya. Sedangkan anak anak mempermainkan
dan mengejeknya. Tetapi beliau radhiallaahu’anhu tetap tegar sembari
berkata :
“ Ahad….. Ahad….” , yakni bahwa Allah adalah satu
satunya sesembahan yang haq dan tiada sekutu baginya. Bukan Latta.
Tidak pula Uzza.
Betapa banyak gangguan yang dijumpai para
sahabat radhiallaahu’anhu. Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam
sendiri mendapatkan gangguan yang dijumpai yang dahsyat diMakkah. Kaum
beliau sendiri, orang orang Quraisy sering menyakitinya. Hingga pernah
suatu ketika, tokoh tokoh jahat mereka menyuruh agar dilempari kotoran
unta keatas punggung (leher) beliau shallallahu’alaihi wasalam disaat
beliau sedang bersujud.
Demikian pula Abu bakar As Siddiq
radhiallahu’anhu, kaumnya itu juga telah menyakitinya sampai beliau
sempat pergi berhijrah meninggalkan tempatnya. Kemudian beliau kembali
pulang dibawah jaminan Ibnu Ad-Daghannah.
Suatu ketika, beliau
melantunkan bacaan Al Qur’an hingga menyebabkan anak anak dan para
wanita berkerumun disekitar beliau, maka jadilah orang orang Quraisy
khawatir kalau para wanita dan anak anak mereka masuk memeluk agama
Allah yang haq. Akhirnya mereka berusaha menghalangi beliau dari
sholatnya. Mereka menuntut kepada Ibnu Daghannah yang menjamin
keselamatan diri Abu bakar radhiallahu’anhu agar membuat beliau diam,
atau (kalau tidak) hendaknya ia lepaskan jaminan yang ditanggungnya
tersebut dari diri Abu Bakar radhiallaahu’anhu.
“Pilihlah
antara engkau kembalikan jaminanku atas dirimu sehingga engkau tanggung
sendiri urusanmu, atau engkau berhenti dan tinggalkan apa yang kau
lakukan ini !!”
Segera Abu Bakar radhiallahu’anhu menjawab :
“aku kembalikan jaminanmu atas diriku dan aku tetap berada dibawah jaminan Allah.”
Mereka semua bersabar sekian lama atas berbagai gangguan yang dahsyat.
Sekalipun demikian, mereka tetap tidak mengubah atau mengganti agama
mereka. Tidak pula dijumpai salah seorang diantara mereka yang murtad
karena murka terhadap agama tersebut, sebagaimana hal ini disebutkan
oleh Abu Sufyan Radhiallaahu’anhu didalam haditsnya yang masyhur.
Ketika itu Hiraql bertanya kepadanya :
Siapakan pengikut Muhammad itu? Apakah mereka dari golongan lemah ataukah golongan terhormat ?”
Abu Suyan menjawab :
“Bahkan mereka dari golongan lemahnya”.
Hiraql berkata lagi :
“itulah memang pengikut para nabi…! Dan apakah ada diantara mereka yang kemudian murtad karena murka terhadap agamanya?”
Abu sufyan menjawab :
“Tidak ada”.
Para sahabat radhiallahu’anhu tela ridha Allah sebagai Rabb mereka,
Islam sebagai agama mereka dan Muhammad shallallahu’laihi wasalam
sebagai rasul mereka. Mereka pernah hijrah kenegeri Habasyah. Juga
berhijrah dikota Madinah dalam keadaan bersabar serta mengharapkan
pahala dari Allah. Mereka sungguh telah bersabar, menyabarkan diri,
menjaga perbatasan (ribath) serta berjihad. Pada saat Rasulullah
shallallahu’allaihiwasam wafat, maka murtadzlah mayoritas bangsa Arab
setelah itu. Tetapi para sahabat radhiallahu’anhu tetap tegar, sabar
menghadapi gerakan kemurtadan tersebut, hingga dapat menumpasnya.
Adapun pucuk pimpinan orang orang yang tegar tersebut adalah Abu Bakar Ash Shidiq radhiallahu’anhu. Beliau mengatakan :
“ Deni Allah, seandainya mereka menahan seekor anak kambing betina
sekalipun atau zakat hewan ternak yang dahulu mereka serahkan kepada
Rasulullah shallaallahu’alaihi wasalam, maka pasti aku akan perangi
mereka karenanya !!”
Padahal sungguh, ada juga sebagian
shahabat yang juga turut mengingkari beliau dalam permasalahan memerangi
orang orang yang murtad tersebut. Tetapi, demikian ucapan Abu Bakar As
Sidiq radhiallahu’anhu. “Demi Allah, seandainya mereka menahan seekor
anak kambing betina sekalipun atau zakat hewan ternak yang dahulu mereka
serahkan kepada Rasulullah shallaallahu’alai wasalam, maka pasti aku
akan perangi mereka karenanya !!”
Para sahabatpun akhirnya rela
menerima pendapat beliau yang lurus itu hinga mereka turut berperang
bersama dengan tetap bersikap tegar.
Mereka terus memerangi
hingga Allah kembalikan orang orang murtad itu kedalam lingkaran Islam.
Bahkan mereka juga beranjak serempak guna membuka penaklukan penaklukan
daerah dalam keadaan mereka kokoh dan berlomba lomba untuk menggapai
keredhaan Allah serta syhadah dijalannya. Mereka serahkan harta dan
darah mereka demi membela agama Allah, serta meninggikan kalimatNya.
Merekalah tauladan yang begitu mengagumkan dalam bersikap tegar diatas
Islam hingga ajal menjemput.
http://ashhabulhadits.wordpress.com/tag/الثبات-على-السنة-tegar-diatas-sunnah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar